Bunga Terakhir (Cerpen)

Bunga Terakhir (Cerpen)



Air mata duka ini tetap mengalir, seakan membentuk sebuah sungai yang tak bertepi. Kepedihan yang tiada berujung, luka seakan tak tertutup lagi. 
Sayang mengapa kau begitu cepat berlalu bagai angin yang berhembus
Hilang tiada kembali. Bahkan bayanganmu pun tak akan pernah kulihat lagi. 
"Rika, aku sangat mencintaimu, aku hanya milikmu dan kau tak akan boleh milik siapapun, ada apa denganmu kak Rangga kau seakan pergi jauh dan tak akan kembali", itulah ucapan terakhir yang masih terngiang-ngiang dalam benak ini. "kak Rangga aku juga mencintaimu" kami saling berpandangan, tapi ada yang aneh dalam pandangan orang yang aku cintai, seakan ada mendung dan kabut disana.
" Rika ayo tebak apa yang aku bawa, bawa apa? Palingan juga sekuntum bunga, e.e.e tutup matanya dong" aku coba pejamkan mata ternyata seuntai perhiasan dileherku.
"kak Rangga, ada apa ini? Inikan bukan hari ulang tahun ku". Ini adalah hari istimewaku sayang, hari ini jabatanku naik, maka kaulah orang yg kucinta selain ibuku" dahiku sedikit berkerut. .
"Untuk ibu jg sudah kusiapkan", Rangga seakan tau yang aku pikirkan
Akhirnya aku pasrah. 
"Rika, besok aku tugas ke luar daerah, sekali-kali sempatkan lihat ibu ya? Aku agak kuatir meninggalkan ibu, soalnya keadaan ibu agak kurang sehat, itupun jika kau mau sayang" Rangga memencet hidungku yang lagi kebingungan. 
"Ada apa sayang, cuma satu minggu, nggak lama, aku pergi untuk kembali pulang dari sana Rikaku siap siap dilamar ok" tampa terasa air mataku mengalir, Rangga aku sangat bahagia punya kekasih sebaik dirimu, kau punya kasih sayang buat keluargamu dan aku, apalagi kau hanya tinggal dengan seorang ibu, ayahmu telah lama tiada kau anak tunggal yg mengantikan ayahmu. 
"Rikaku sayang jangan nangisya, jelek tau" sambil henghapus air mataku dengan saputangannya. Rangga orang yang amat bersih kemana-mana bawa saputangan. 
"Iya nanti aku lihat ibu, jangan kuatirkan soal ibu" jawabku. Kami mampir disebuah rumah makan yang sederhana tapi sangat menarik, semua serba menarik, mulai dari pelayannya, tata ruangannya, sampai menunya. 
Sederhana tapi berkelas. 
"Mari silakan" kata pelayan dengan lemah lembut. 
Kami duduk di posisi yang nyaman, seperti taman dalam ruangan. 
Rangga menyodorkan menu yang harus dipilih, kami pilih menu yang sama bahkan minumannyapun sama. 
Ih. . .ikut-ikutan" ejek Rangga, "we.." Ejekku sambil mencibir. 
"Rika dengar ya baik-baik, sepulang aku dari luar kota aku dan keluargaku datang melamar, awas jangan sampai aku kecewa" aku pandangi wajah Rangga baik-baik mengapa ia berkata begitu, apa dia takut aku akan menolaknya. 
"Hai. . .hai. . .halo apa ada orang disini" Rangga menghentikan lamunanku. "Hei... Hei..aku disini" jawabku. Rangga sangat menyayangi ibunya dia berharap setelah menikah kami cepat punya momongan.

Kami membeli makanan kesukaan ibu, aku diajak Rangga kerumahnya, senyum ramah sang bunda menyambut anaknya seakan sudah lama tak berjumpa. Pelukan mesra yang sempat buat aku iri, namun. . .pelukan hangat itu juga aku rasakan. Aku sayang ibu juga ujarku dalam hati. Kubalas pelukuan hangat itu seakan aku tak mau melepaskannya.

"Ibu ni ada kesukaan ibu martabak daging, trala. . .,ayo dimakan ntar keburu dingin" kata Rangga
"Ternyata ini kesukaan ibu Kak, ya nak ibu suka sekali dengan martabak ini. Tp ibu takut makan terlalu sering. 
"Ya bu, memang enak apalagi kuahnya pedes manis gurih rasanya", ibu tersenyum manis padaku. Memang ibu yang baik.

Suara alaram membuatku terbangun, hampir subuh, dengan sedikit malas aku bangun dan melangkah kekamar mandi. Hari ini Rangga berangkat ke Kalimantan untuk sebuah pekerjaan, mengapa harus ke sana? Ya Allah lindungi orang yang aku sayangi. Dengan dandanan yang rapi aku siap mengantar orang yang aku sayangi ke bandara. Aku dan kak Rangga naik taksi ke Bandara, disana sudah menunggu temannya dengan perasaan berdebar bercampur sedih aku mengiringi langkah Rangga.

"Rika jangan lupa ingatkan ibu makan dan minum obat ya sayang" Rangga memelukku dan memberiku bunga yang indah didalam sebuah pot yang cantik, jaga dirimu sayang jaga kesehatan jangan pikir yang macam-macam, dan jaga juga bunga dari kakak ya" pelukannya membuat hatiku lebih tenang. "Kakak berangkat ya"

Rangga menampakan deretan giginya yang rapi dan putih. senyum manismu mengakhiri pertemuan kita hari ini kak. Kami saling melambaikan tangan pelupuk mataku kembali hangat. 
Ada ruang kosong yang aku rasakan seakan kepergiannya tak akan kembali lagi. Aku lansung ke kampus menemui dosen pembimbingku, yang udah janjian untuk memeriksa hasil yang telah aku perbaiki.

"Rika kenapa masih ada yang salah, padahal kan udah diberikan arahan" dosen satu ini memang aku benci, kenapa aku dapat dosen yang begini? 
Tidak cukupkah cobaanku ya Allah. 
"Melamun lagi" kata sang dosen mengagetkan aku. Perasaan sudah seperti yang bapak arahkan" jawabku. 
Pakai perasaan lagi" gimana besok ujian nya ni, hancur deh"katanya kesal. 
Tangisku kali ini benar-benar tumpah
Aku tak kuasa menahan lagi. Dalam hati aku benar-benar jengkel. 
Dia berlalu seenaknya meninggalkan aku. Hari ini aku benar-benar lelah, lelah pisik maupun mental.

Aku jurhat habis dengan sahabatku di kantin kampus.
"Anjani. . .coba kau lihat bahan skripsi aku ini. Dimana letak salahku".
Aku hempaskan bahanku di atas meja. Aku tak peduli dengan orang yang ada diselilingku. Rinjani tersenyum bahkan ikut mentertawakan aku.

"Kenapa kamu tertawa Anjani, dasar ya kamutu" aku geram melihat Anjani cengar cengir, "Tu lihat dipojok sana pak Alex dari tadi perhatikan tingkahmu yang uring-uringan sambil tersenyum". Kutolehkan muka ke arah belakangku, astaga. . .dosen yang aku benci. Selera makan ku mendadak hilang, Anjani aku pulang dulu ya. 
"lalu makanan yang kau pesan", bodoh amat, kau makan sendiri, kapan perlu kau makan dengan dosen sinting itu. Akupun berlalu, Anjani kutinggalkan.

Assalamualaikum. . .
Waalaikum salam pembantu Rangga yang membukakan pintu. "ibu mana bik, ada non di ruang makan. 
Hai. . . Bunda, kurangkul ibu yang duduk dimeja makan, aku dan ibu Rangga sudah akrab, bagiku sudah seperti ibuku. 
"Sekalian nak yuk makan", kebetulan sekali aku memang lapar ibu, tadi dikantin mau makan tak jadi." jawabku. "Ibu tak boleh telat makan ya, jangan lupa minum obat",ya nak"jawab ibu sambil tersenyum.

Dalam perjalan pulang aku selalu membayangkan wajah Ranggaku yang gagah, yang kearab araban, senyumnya yang menawan bagi siapa yang melihat. Duh udah sampai mana ya dia. Tidur malam yang gelisah, mengapa mata ini tak mau dipejamkan, tempat kos aku tidaklah berjauhan dengan rumah Rangga. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Ibu Rangga menyuruhku tinggal ditempatnya selama Rangga keluar kota, tapi aku segan dengan tetangga apa kata orang nantinya.

Hari ini mungkin aku agak soren ke rumah ibu, soalnya aku harus menjumpai dosen kunyuk itu. Dari jauh aku sudah melihat dia datang. Ku ketuk ruangannya, ruang kerja dosen fakultas keguruan. Silakan masuk suara dari dalam terdengar. "E. Rika" kata salah satu dosenku. "Ya buk saya mau jumpa pak Alex", ya duduk dulu ya pak Alex baru sebentar ni keluar" duh mimpi apa aku semalam, aku benar dipermainkan Alex, dengan sabar kujawab"ya buk". Yg kutunggu tak kunjung datang, "Buk Rika keluar dulu nanti Rika kembali"kataku"

Kali ini sakit hatiku harus ada balasannya buatmu dosen sableng. Baru mau turun terdengan suara 
"Rika, ayuk kita di kantin saja, di sana bapak periksa" ya pak"hatiku mulai berdebar apakah aku masih ada yg dicoret, kami duduk berhadapan, dia memandangi aku, aku pura-pura tak melihat, bahanku dibolak baliknya, apakah bener dia baca.

"Rika, kamu bisa ujian, kamu cari jadwal yang tepat ya",baik pak, makasih kusalami dia, ketika kami bersalaman lama baru dilepaskannya, aku segera berlalu mencari acc dari dosen yang lainnya. Aku harus siap ujian ketika Rangga pulang. Gelar sarjana harus udah ditangan.

Syarat ujian telah selesai, dua hari lagi aku ujian, bukan main senang hatiku,
Aku ke rumah Ibu Rangga, dia lagi nyantai di halaman depan.
"Bu dua hari lagi Rika ujian mohon doa restu ta bu", ya nak, Rangga pasti senang nak"kata ibu. 
"Ya bu, jangan dikasih tau dulu ya bu", ya nak, ibu janji. Kami berdua bercerita panjang lebar tentang masa kecil Ranggan. Ibu juga menanyakan bagaimana keluargaku.

Hari ini aku ujian, aku masih berkaca memperhatikan apa ada yang kurang rapi, aku ujian mengenakkan kebaya putih dan Rok hitam dengan jilbab hitam, biasanya ada yg protes sekarang tak ada. Hampa kurasa tiada kau disisiku Rangga, tak ada sport dari sang kekasih ketika ujian.
Tapi aku harus semangat.

Sahabat baikku telah menunggu rupanya, "Rika. . .cantik sekali kau dengan kebaya itu sangat serasi sekali dengan bentuk tubuhmu yang aduhai" perkataan sahabatku agak menghiburku. "Makasih sahabatku semua kalian datang memberikan aku semangat, doain ya aku" mereka mengangguk hampir bersamaan.

Panas dingin badanku, bercampur aduk rasanya, giliranku sekarang, satu persatu pertanyaan melayang padaku, tiga dosen penguji satu dosen pembimbing, karena aku yang buat skripsiku Alhamdulillah pertanyaan kujawab dengan lancar, dosen pembimbingku menangguk-angguk tampa ada pembelaan ketika aku diserang tim penguji. Dasar dosen kunyuk umpatku dalam hati. Walau begitu masih ada beberapa tulisan yang harus kuperbaiki, yang lain aman 
Maklum aku menulis pikiranku sering 
diganggu sang pujaan hati.

Aku salami semua dosen yang mengujiku dan dosen senting itu. 
"Selamta ya Rika, kamu hebat bisa mempertahankan apa yang kamu buat" kata dosen pengujiku. 
"Siapa dulu dosen pembimbingnya" sambil tersenyum sikunyuk pada semua orang yang ada di dalam ruangan itu. 
Mungkin ada benarnya pembimbingku, berkat dia aku bisa melangkah dengan pasti tampa ragu. Dia dosen yg hebat dikampusku, paling disegani. Tapi mengapa bagiku dia biasa aja ya. 
Diluar aku dipeluk sahabat-sahabatku

Bersambung...

--------------

Cerpan by Rita Chaniago


Baca juga:

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar